Anak Tangga Rumahku

 


Hari ini aku duduk kembali di tangga rumahku. Tangga yang banyak melahirkan tulisan

Kala senja, seperti biasa pulang mengajar aku menyeruput kopi hitam kesukaanku. Melamun, mengingat apa yang aku lakukan hari itu. Tiba-tiba datang ide untuk menulis. Gawai selalu menemaniku. Dia selalu setia menampung semua keluh kesahku. Sambil menopang kaki aku menulis hal yang aku rasa hari itu. Sedih, senang, kesal, pokoknya semua yang aku rasa, aku tulis sambil duduk di anak tangga rumahku. 

Saat ini ada dua tulisanku yang kutulis sambil duduk di anak tangga itu, yang masuk di majalah Suara Guru. Bukan hal mudah tulisan bisa diterima di majalah Suara Guru. Entah kenapa, setiap aku duduk di anak tangga itu inspirasi selalu datang. Rasanya enak aja duduk di anak tangga itu sambil menyeruput secangkir kopi panas. Tulisan ini pun aku tulis sambil duduk di anak tangga rumahku. Anak tangga yang membuatku semangat untuk menulis. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis, Menulis, dan Terus Menulis

  Menulis, menulis, dan terus menulis. Itulah klausa yang bisa aku jadikan moto dari seorang motivator hebat Om Jay namanya. "Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi". Klausa ini dijadikan judul materi pertama kami di kelas Komunitas Belajar Menulis Nusantara  (KBMN) ke-28 karena dengan menulis kita bisa mengubah dunia. Malam ini aku coba mempraktikkan pesan Om Jay, selalu menulis setiap hari. Rasa kantuk yang tak tertahan, aku coba untuk menepisnya. Rasa enggan untuk menulis, aku coba untuk menghalaunya. Begitu banyak wejangan beliau untuk kami penulis pemula. Itu membuktikan bahwa beliau ingin sekali Kami berhasil menjadi seorang penulis hebat. Berbagai pertanyaan dari teman-teman dijawab beliau dengan penuh antusias menyiratkan bahwa menulis itu perlu semangat. Trik lain yang Om Jay berikan untuk menjadi penulis hebat adalah sering membaca tulisan orang lain. Dengan membaca tulisan orang lain, khasanah kosa kata kita semakin banyak. Kita akan dapat mengukur ...
Baca selengkapnya

GORENGAN

Gambar
      Ramadan Sore ini aku menyusuri jalan setapak yang tiap hari aku lalui ke sekolah. Jalan yang cukup sempit. Hanya badanku yang masuk. Jika berpapasan dengan pejalan kaki yang berlawanan arah salah satu dari kami harus mengalah untuk tidak berjalan. Sangking sempitnya, jika ada benda yang teronggok, kaki harus melompat lebar untuk melewati onggokan itu.     Ibu menyuruhku membeli makanan berbuka. Saat itu matahari hendak pulang. Entah kenapa ibu memintaku membeli gorengan padahal makanan berbuka di meja makan sudah tersaji sempurna. Katanya kurang lengkap kalau tidak makan gorengan.        Sebenarnya aku malas tapi apa dikata titah ibu tak boleh ditolak. Kaki ini menelusuri jalan. Tepat di depan jalan sempit itu aku terdiam. Ada rasa ragu untuk melangkah. Cukup gelap, tak ada lampu di tengah jalan sempit itu. Lagi-lagi suara ibu terngiang. Dengan berat kutapaki kaki ini. Tiba di pertengahan jalan sempit itu datang seorang pemuda. Aku...
Baca selengkapnya

PANTUN

Gambar
 Pergi ke pasar membeli ketela Jangan lupa membeli paruh  Hamba ini bernama ibu Ella Yang datang dari kampung Dukuh Ke pasar angke membeli Kerang Sampai di sana bertemu Wawan Salam kenal dari hamba seorang Berharap  berteman  denganmu kawan Aku punya teman namanya Tatu Dia suka pakai baju biru Pagi-pagi pergi  pakai sepatu Bersua dengan teman di gedung guru  Jalan-jalan ke pulau Buru Jangan lupa oleh-olehnya Untuk apa ke gedung guru Silaturahmi itulah tujuannya Bolak-balik lihat data Data ditulis dengan pena Sungguh indah kota jakarta Tempat kopdar terlaksana Ke warung kopi beli mie Mie disajikan dengan cepat Sungguh senang bersilaturahmi Bertemu para penulis hebat Punya sahabat namanya Rara Rara sedang beribadah di kuil Hati riang tiada terkira  Bisa bertemu omJay, dan pak Dail Jalan-jalan ke Bengkalis Ke Bengkalis membawa sajadah Hati senang ikut kelas menulis Bisa merangkai kata menjadi indah Beli rumah tipe minimalis Pulang bawa bunga cendana Seman...
Baca selengkapnya