KIAT UBAH KTI JADI BUKU

 Apa itu Karya Tulis ILmiah (KTI)

            Karya Tulis Ilmiah ( KTI) dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Karya Tulis Ilmiah terdiri atas   yaitu Karya Tulis Ilmiah Nonbuku dan Karya Tulis Ilmiah Buku.
          Karya TI Nonbuku antara lain ; KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar : tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi dan KTI hasil penelitian : PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal, berupa ulasan atau resensi. KTI Buku ; Buku Bahan Ajar : diktat, modul, buku ajar, buku referensi. Buku Pengayaan : monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan, Buku kompilasi : bunga rampai, prosiding.
          Tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara wujud, PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, desertasi itu berupa buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.
Struktur Karya Tulis Ilmiah:
HALAMAN AWAL
BAGIAN ISI
BABI PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
B.    RUMUSAN MASALAH
C.    C. TUJUAN PENELITIAN
D.    MANFAAT PENELITIAN
BAB II KAJIAN TEORITIS
A.    KAJIAN PUSTAKA
B.    HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
C.    KERANGKA PEMIKIRAN
D.    HIPOTESIS
BAB III METODE PENELITIAN
A.    JENIS PENELITIAN
B.    TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
C.    SUBJEK PENELITIAN ( POPULASI DAN SAMPEL)
D.    DATA DAN SUMBER DATA
E.    TEKNIK VALIDASI DATA
F.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
G.    TEKNIK ANALISIS DATA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
B.    HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
C.    PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A.    SIMPULAN
B.    B. SARAN
HALAMAN AKHIR ( DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN)
      Struktur di atas umumnya dijadikan sebagai standar dalam Menyusun bab-bab dalam Karya TulisIlmiah meskipun untuk KaryaTulisIlmiah  sejenis skripsi, tesis, desertasi, tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus
Perbedaan isi laporan Karya Tulis Ilmiah  dengan isi buku hasil konversinya :  isi buku konvensi  mencerminkan keseluruhan isi sedangkan  Laporan Karya Tulis Ilmiah, Secara sistematika berbeda dengan penulisan. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika Karya Tulis Ilmiah  yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab, sub bab. Secara Bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga Bahasa dalam buku lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, dan penulis.
Cara mengkonversi Karya Tulis Ilmiah menjadi buku :
1.    Memodifikasi Judul.  
        Judul Karya Tulis Ilmiah umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu). Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.
     2. Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan
     Karya Tulis Ilmiah Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah saya uraikan di atas. Pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah: Modifikasi Bab I. Bab I yang biasanya PENDAHULUAN boleh tetap dipertahankan judulnya dengan PENDAHULUAN , boleh PEMBUKA atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku
         Pada konversi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  pendahuluan bisa diubah dengan FENOMENA PEMBELAJARAN  yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku. Adapun secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang
3.    Modifikasi Bab II
     Biasanya bab II terdiri atas beberapa bab dan sub-bab. Bab ini bisa kita ubah dengan memecah bab dan sub-bab itu menjadi beberapa bab dan sub-bab lainnya agar [enyajian di buku tidak terlalu panjang.
4.    Modifikasi Bab III
       Substansi bab III sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya
Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan bab III, memasukan bab III di bab II  atau menarasikan bab III di awal bab pembahasan (1) Menghilangkan bab III maksudnya keseluruhan isi bab III dihilangkan, sebab bunyi bab III sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya.(2) Memasukkan  bab III di bab II maksudnya konsep pokok terpenting dari bab III digabung dalam bab III. (3) Menarasikan bab III di awal bab pembahasan maksudnya menyampaikan substansi isi bab III sebagai awal pembahasan. Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan
5.    Modifikasi Bab IV
      Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV. Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung.
6.    Modifikasi Bab V
     Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan. Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.
7.    Modifikasi Lampiran
    Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku :
1.    Keaslian laporan hasil penelitian. Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak
       dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang oroginal punya penulis sendiri. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya.
2.    Hindari kompilasi yang terlalu banyak.Masukan pendapat para ahli yang mendukung substansi ini, sisanya
 mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Mengapa demikian?  Saat penulis menerbitkan buku dari hasil Karya Tulis Ilmiah-nya secara langsung penulis tersebut sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Kegiatan sekedar mengopi pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan.
3.    Pilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis
4.    Modifikasi bahasa buku
Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis.
5.    Hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
6.    Wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.
7.    Memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB
       Menjadikan karya tulis menjadi Buku sepertinya membutuhkan "KEBERANIAN". Pahami kaidah penulisan buku termasuk didalamnya struktur dan kebahasaan buku. Jangan takut gagal sebelum mencoba. Berdayakan karya kita menjadi buku yang bermanfaat menjadi ladang amal kita. Prinsipnya agar kita mantap menjadikan KTI menjadi buku adalah : “Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI.”

  Materi ini disampaikan oleh  Eko Daryono – Sang Pena Lereng Lawu pada Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) ke-28



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis, Menulis, dan Terus Menulis

GORENGAN

PANTUN