GORENGAN
Ramadan Sore ini aku menyusuri jalan setapak yang tiap hari aku lalui ke sekolah. Jalan yang cukup sempit. Hanya badanku yang masuk. Jika berpapasan dengan pejalan kaki yang berlawanan arah salah satu dari kami harus mengalah untuk tidak berjalan. Sangking sempitnya, jika ada benda yang teronggok, kaki harus melompat lebar untuk melewati onggokan itu.
Ibu menyuruhku membeli makanan berbuka. Saat itu matahari hendak pulang. Entah kenapa ibu memintaku membeli gorengan padahal makanan berbuka di meja makan sudah tersaji sempurna. Katanya kurang lengkap kalau tidak makan gorengan.
Sebenarnya aku malas tapi apa dikata titah ibu tak boleh ditolak. Kaki ini menelusuri jalan. Tepat di depan jalan sempit itu aku terdiam. Ada rasa ragu untuk melangkah. Cukup gelap, tak ada lampu di tengah jalan sempit itu. Lagi-lagi suara ibu terngiang. Dengan berat kutapaki kaki ini. Tiba di pertengahan jalan sempit itu datang seorang pemuda. Aku heran mengapa dia tidak berhenti untuk mempersilakan aku jalan terlebih dahulu . Padahal jalan itu tak cukup untuk dilalui dua orang. Rasa curiga datang. Benar dugaanku. Pemuda it
....
" Harta atau nyawa! " Pemuda itu mengancam sambil menghunuskan pisau di leherku.
"Harta atau nyawa! "Dengan suara menekan bibir daun telingaku
"Harta atau nyawa! " Suara pemuda itu mengulang tepat di gendang telingaku.
Aku diam. Bibirku bergetar kencang. Hatiku komat-kamit. Entah apa bunyinya aku pun tak tahu. Pasrah. Peluh membasahi tubuh. Lemas menyelimuti badan ini. Mungkin ini akhir hidupku pikirku
... .
Tiba-tiba," Ranu kamu ngapain di situ? Ibu nungguin gorengannya tuh. " Mas Bayu memanggilku. Seketika pemuda itu menurunkan tangannya dari leherku dan bergegas pergi menjauh.
Ramadan, 7,1444H
Maret, 29, 2023
Inspirasi sebelum berbuka puasa
Komentar
Posting Komentar