Sampai Jumpa Toko Buku Gunung Agung
Ini adalah ungkapan hati penggemar sekaligus pencinta toko buku Gunung Agung. Aku dan keluarga selalu mengisi hari-hari libur pergi ke toko buku Gunung Agung. Sekedar membaca lalu membeli buku . Aku kenal Gunung Agung sejak SMP. Kala itu tahun 1988. Usiaku saat itu empat belas tahun. Saat ini usiaku lima puluh tahun. Kala itu, aku haus akan bacaan sehingga menarik kuat diri ini untuk mencari toko buku. Rumahku di Semper Tanjung priok. Kehausan akan bacaan memaksaku untuk bertanya pada seorang guru SMP-ku. Beliau mengatakan bahwa toko buku terdekat ada di Kwitang dekat Pasar Senen. Aku coba pergi ke sana bersama sahabat-sahabatku. Sepulang sekolah kami pergi. Terik matahari membakar kulit tak aku hiraukan. Aku dan sahabat pergi ke sana naik metromini jurusan Semper-Pasar Senen. Dengan modal uang seadanya sisa jajan hari itu, kami bertekat pergi hanya untuk membaca komik Lima Sekawan yang kala itu sangat tenar. Sampai di Toko Gunung Agung Kwitang, kami disambut oleh pak satpam. Memasuki Gunung Agung yang megah membuat hati ini bergetar. Aku coba telusuri lorong demi lorong untuk mencari komik Lima Sekawan. Aku temukan buku itu di pojok kanan . Aku baca. Cukup lama aku membaca komik tersebut. Sampailah pada keputusan aku membeli dua buku. Tak terasa senja datang. Aku dan sehabat-sahabatku bergegas pulang ke Semper. Perjalanan saat itu memakan waktu sekitar dua jam. Kami ke luar dari toko pukul lima sore. Kami bergegas ke terminal Pasar Senen yang berjarak dua ratus meter dari Gunung Agung Kwitang. Ada kejadian yang tak terlupakan hingga saat itu, yaitu aku dan sahabat-sahabatku didorong ke luar mobil oleh kondektur bus metromini jurusan Pasar Senen-Semper, mungkin karena kami pelajar. Ongkos kami hanya seratus rupiah sedangkan ongkos saat itu tiga tarus rupiah. Intinya kami tak diberi masuk. Baju putih yang kami kenakan berlumuran kotoran terminal. Cukup sedih jika mengingat kejadian saat itu. Akhirnya kami bisa naik bus pukul tujuh malam dengan rute Pasar senen- Tanjung Priok. Padahal rumah kami di Semper. Hanya bus mertomini jurusan Pasar Senen- Tanjung Priok yang mau mengangkut kami. Sesampai di terminal Tanjung priok, kami tak punya ongkos karena sisa uang di kantong dibelikan es. Keluguan kami menggerakkan hati supir Bemo. Kami diberi tumpangan sampai ke Semper.
Pagi ini Rabu,31 Mei 2023, aku membaca tulisan di majalah Tempo edisi 29 Mei - 4 Juni 2023, tertulis Sampai Jumpa Gunung Agung. Tertulis di majalah itu, “Setelah Beroperasi Selama 70 Tahun, Manajemen Toko Gunung Agung mengumumkan akan menutup semua gerainya pada akhir 2023 karena terus merugi”. Aku kaget. Kenangan indah bersama sahabat-sahabatku semasa SMP akan hilang. Setiap aku datang ke toko Gunung Agung, kenangan itu selalu hadir menjadikan aku selalu rindu unrtuk datang ke Gunung Agung. Aku pergi selalu bersama anak-anakku. Buku yang sering kami beli adalah novel dan komik. Buku resep masakan juga menjadi sasaranku. Maklum aku sebagai ibu kurang mahir memasak. Adanya Gunung agung membantuku untuk mahir memasak. Jika aku suntuk bekerja, aku juga mampir ke Gunung Agung walau hanya sekedar memebeli pulpen. Memang kekhawatiran Gunung Agung akan meninggalkanku sudah lama aku rasakan. Berawal Ramadan tahun ini aku mampir ke Gunung Agung untuk mencari novel terbaru, tapi yang aku cari tak ada. Beberapa buku sudah masuk dalam kardus. Aku pikir akan dikembalikan ke penerbit dan diganti dengan buku yang baru. Tapi ketika aku kembali ke sana, yang aku dapatkan toko telah ditutup Memang banyak toko buku yang bisa aku datangi, tapi tak ada toko buku yang menyebabkanku mencintai buku selain toko buku Gunung Agung.
Gunung Agung, jangan tinggalkan kami yang mencintaimu. Keberadaanmu berarti bagi kami. Keberadaanmu mencerdaskan anak bangsa. Keberadaanmu membuat hati sedih menjadi senang. Keberadaanmu menjadikanku saat ini, menjadikanku mencintai buku. Jika kau harus pergi, uucapkan terima kasih. Namamu akan kami kenang selamanya. We Love You.
Komentar
Posting Komentar