Anakku
Malam ini aku kedatangan tamu. Tamu istimewa menurutku. Dia adalah anak didikku. Aku didik dia dalam ilmu pencak silat. Anak yang selalu aku marahi. Anak yang pernah aku skor karena kelakuannya. Anak yang pernah aku tahan lencana kenaikan tingkatan silatnya karena berseteru dengan temannya. Di balik itu semua, sebenarnya dia anak kesayanganku. Aku sangat khawatir akan perkembangan pendidikannya.
Dia anak yang berbakat. Talenta silatnya jelas terlihat. Kepiawaian dan ketangkasan ketika bertanding membuatnya menjadi juara di awal dia ikut pertandingan. Kesempatan yang jarang didapatkan oleh para pesilat.
Aku masih selalu ingin mendengar perkembangan positif dalam hidupnya. Setiap melihat namanya di daftar nomor telepon, aku selalu berharap dia baik-baik saja
Malam ini dia datang ke rumah. Sangat lama kami bicara. Sepanjang pembicaraan, hati ini tersenyum dan menangis. Tangis bahagia. Anak kecil yang dahulu "tak bisa diam" Kini sudah dewasa. Dewasa jiwa dan hatinya. Tutur katanya mencerminkan kepribadiannya. Raut wajahnya mencerminkan bahwa dirinya menghargai kerasnya aku bersikap padanya dahulu. Kerasnya seorang ibu untuk masa depan anaknya.
Komentar
Posting Komentar