Menulis dan Membaca

Menulis merupakan kata populer yang sering kita dengar. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki manusia. Menulis merupakan salah satu syarat agar bisa bersekolah. Jadi setiap orang bisa menulis.

Iqro yang artinya bacalah merupakan kata yang pertama  Allah perkenalkan pada hambanya tercinta Muhammad SAW. Allah memperkenalkan kata Iqro bukan tanpa alasan. Iqra dalam bahasa Arab termasuk fiil amri ( kata perintah) ; kata yang bermakna wajib dilakukan. Berarti kata iqro merupakan perintah Allah agar kita selalu membaca. Membaca apa saja. Membaca buku atau membaca apa yang Allah perlihatkan pada kita.

Menulis  punya kaitan erat dengan membaca. Seseorang yang ingin bisa menulis harus sering membaca. Kualitas sebuah tulisan merupakan ukuran kualitas penulisnya dalam membaca. Seseorang yang sering menulis harus mempunya keinginan kuat untuk membaca. Hal itu dibutuhkan untuk memperbanyak kosa-kata yang penulis itu.

Jadi menulis merupakan aplikasi dari membaca. Menulis merupakan suatu keahlian. Keahlian untuk menuangkan apa yang dibaca, baik membaca dari buku atau membaca alam ini. Keahlian yang harus terus dikembangkan karena menulis tidak mengenal ruang dan waktu. Kapan dan di mana saja kita berada, kita dapat menulis hal-hal yang kita suka, atau yang  tidak kita suka. Hal-hal yang kita lihat, atau pun yang kita dengar dan rasa. Dengan menulis seseorang bisa terbebas dari tekanan emosional diri,  bisa mengubah orang lain,  mengubah peradaban, bahkan bisa mengubah  dunia.

Lantas, mengapa kita enggan menulis?

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang enggan untuk menulis. Terlepas dari sebab seseorang malas untuk menulis, ada baiknya kita bicarakan kelebihan yang kita dapat dari menulis. Menulis merupakan proses bekerjanya semua panca indra yang dimiliki manusia. Sebelum menulis, seorang penulis pasti berpikir topik yang akan ditulis. Setelah itu dia akan menggerakkan jemarinya untuk menulis. Matanya tertuju pada pengembangan topik yang dipilihnya. Hatinya bekerja untuk mengukur layak tidaknya tulisan yang dibuatnya. Jadi ketika menulis kita mengoptimalkan semua panca indra yang Allah berikan pada kita dan itu baik bagi kesehatan agar otak tetap produktif. Menulis juga bisa sebagai bukti kemampuan intelektual diri. Seseorang akan mengakui kehebatan kita dengan melihat kualitas berpikir kita yang tertuang dalam tulisan.

Bagaimana cara kita  menulis?

Marilah kita mulai dari menulis apa yang kita lakukan sehari-hari. Tulislah apa yang ada dalam pikiran dan hati kita. Jangan khawatir kesalahan dalam tulisan itu. Tuangkan semua yang ada dalam pikiran dan hati kita. Mulailah dari hal-hal yang menyenangkan. Hobi, travelling dengan teman-teman, senda-gurau dengan keluarga, pengalaman yang menyenangkan, keinadahan alam, hal-hal sekitar yang kita amati, serta kisah inspirasi orang lain bisa kita jadikan topik untuk menulis.

Keterampilan menulis itu bukan suatu bakat tapi wujud disiplin dan kerja keras, serta percaya diri. Menulis ibarat pisau yang harus diasah agar ketajamannya maksimal. Ketajaman  dalam nengupas masalah yang tertuang dalam tulisan merupakan wujud kualitas bacaan penulisnya. Sistematika cara penyampaian dan bahasa dalam tulisan juga cermin dari kemarihan penulis dalam mengolah kosa-kata yang didapat dari bacaan lain menjadi suatu wacana yang komunikatif.

Kreativitas menulis bukan milik seseorang, bukan milik orang berbakat tapi milik semua yang mau disiplin, kerja keras, dan percaya diri dalam mengolah kata-kata yang ada di benaknya menjadi suatu tulisan yang berkualitas.

Jika kita menulis setiap hari, selama sebulan kita punya  tiga puluh tulisan. Selama setahun kita punya 365 tulisan. Bagaimana jika kita menulis sepanjang hidup? Berapa banyak hal-hal dalam hidup ini yang bisa kita abadikan? Suatu anugrah yang luar biasa. Anugerah bukti bahwa kita bersyukur atas apa yang diberikan Allah untuk kita. Ini juga bukti bahwa kita mengoptimalkan semua panca indra yang Allah berikan.

Sekarang, layakkah kita tidak menulis?

Sebagai hamba Allaah yang bersyukur, selayaknya kita harus mencoba untuk menulis. Menulis sebagai pembuktian diri. Menulis sebagai kualitas intelektual diri. Menulis sebagai ukuran kualitas bacaan dan pengetahuan yang kita miliki. Menulis untuk diri kita dan orang lain sebagai  manifestasi akan karunia Allah Yang Maha Kuasa.

Jadi mulailah menulis setiap hari agar keajaiban-keajaiban hidup bisa kita rekam dan arsipkan, Mulailah merangkai kata, kalimat hingga menjadi wacana bahkan bacaan, agar apa yang kita rasakan bisa dirasakan orang lain, agar apa yang menjadi ide kita, bisa diaplikasikan oleh orang lain. Itulah keajaiban menulis setiap hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis, Menulis, dan Terus Menulis

GORENGAN

PANTUN