MENGATASI WRITER’S BLOG
Nama : Nurlaelah, M.Pd.
KBMN ke-28
Resume : Ke-7
Narasumber : Ditta Widya
Utami,S.Pd.,Gr.
Moderator
: Ratiyanti, S.Sos., M.Pd.
Kali ini saya akan mencoba merangkum
materi yang disampaikan bu Ditta dengan materi Mengatasi Kebuntuan Menulis.
Siapa pun yang ingin
menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya.Tak bisa instan.
Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda
Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya. Namun
hal tersebut tidak mudah seperti membalikkan kedua tangan. Proses yang panjang
dan sulit sering dialami oleh para penulis. Proses yang panjang ini sering jadi
momok penulis. Selain proses yang panjang ini ada juga hal yang akan dialami
yaitu kejenuhan dan kebuntuan untuk menulis.
Mari kita samakan
persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas. Menulis adalah kata kerja
yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis,
jurnalis atau blogger, namun ada juga
copywriter yang tulisannya mengajak
orang untuk membeli produk, ada content
writer yang bertugas membuat tulisan profesional di laman, ada script writer penulis naskah
film/sinetron, ada ghost writer,
techincal writer, hingga UX writer,
dll. Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak peduli tua atau
muda, profesional atau belum, Writer's
Block bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan.Oleh
karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali Writer's Block dan cara mengatasinya karena Writer's Block ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit,
hari, minggu, bulan, bahkan tahunan tergantung seberapa cepat kita menyadari
dan mengatasinya. Sederhananya.
Writer's
Block adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi
produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan
disadari atau pun tidak. Writer's Block
ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa
saya katakan Writer's Block ini
sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya
memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita
mengetahui faktor penyebabnya Begitu pula dengan Writer's Block. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari Writer's Block, maka kita perlu
mengenali penyebabnya. Berikut hal yang
dapat mengakibatkan Writer's Block
yaitu mencoba metode/topik baru yang kita kurang paham akan topi tersebut.
Misal; Ada orang yang senang menulis
cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja
memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas
beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB. Dalam Kamus Psikologi, stres
diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.lelah
fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada
akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk.
Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah
satu obat Writer's Block ?
1.
Mempelajari
hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan. Memilih untuk
sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.
2.
Membaca buku-buku ringan untuk cemilan
otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi
karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Dengan membaca,
kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa
sekaligus mengatasi WB.
3.
Jangan terlalu Prefeksionis. Bila kita terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah
tulisan s sudah sesuai kaidah atau belum,
niscaya tulisan kita tidak akan pernah rampung. Kondisi menulis ketika kita
tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia
psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.Yuk, dicoba
menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya . Bukankah tulisan
yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai. Tulislah dengan
topik yang kita kuasai. Jangan pesimis dengan tulisan yang sedikit pembacanya. Jika
kita mengalami hal tersebut tetaplah menulis. Tetapkan niat untuk berbagi
pengalaman. Jangan jadikan jumlah
pembaca sebagai patokannya karena setiap tulisan pasti punya pembaca. Bukankah,
satu tulisan yang bermanfaat atau menginspiy bagi satu orang, akan lebih baik
daripada tulisan yang dibaca banyak orang tapi mudah dilupakan? Untuk tipsnya
"practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa
yang akan kita tulis.Misal jika Bunda senang menulis puisi, maka mari membaca
karya karya sastrawan terkemuka. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen
yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer. Membacanya
harus seperti kacang goreng. Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi
yang digunakan, dsb. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan,
bukan sekaligus. Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau
membaca jurnal. Saya pernah baca tulisan Prof. Ngainun, jika ingin menulis
jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita
targetkan.
4.
Siapkan Mental seorang penulis. Percaya
dengan tulisan sendiri. Terkadang kita baru percaya tulisan kita baik, ketika
ada orang yang berkomentar baik. Kita terlalu khawatir dengan penilaian orang
lain, padahal sejatinya tak pernah ada manusia yang sempurna. Buku buku best
seller pun ada edisi revisinya. Dengan mengingat niat awal kita menulis.
Mengingat kembali masa masa dimana kita menikmati proses menulis itu sendiri dan
tak lupa berdoa. Ada pepatah yang mengatakan: "It doesn't matter how
brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero." Tuangkan
dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita
agar menjadi lebih bermakna. Kutip dari seorang penulis bernama Mark
Twain:"Rahasia untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah
memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang
dapat dikelola, dan kemudian memulai dari tugas-tugas yang pertama”.
Komentar
Posting Komentar